Arthur Schopenhauer
Sejarah Singkat Arthur
Schopenhauer dan Ajaran Filsafat
yang Dicetuskannya
Arthur Schopenhauer
lahir di Danzig (sekarang Gdańsk) putra dari
Heinrich Floris dan Johanna Schopenhauer. Kedua orang tuannya adalah
keturunan orang kaya Jerman dan keluarga
bangsawan. Pada tahun 1809 Schopenhauer menjadi mahasiswa di Universitas
Göttingen.
Ia belajar tentang
metafisika dan psikologi di bawah bimbingan Gotlob Ernest Schulze, penulis buku
Aenesdemus, yang mengajurkannya agar dirinya berkonsentrasi pada Plato dan
Kant. Pada tahun 1811 sampai tahun 1812, dia mengikuti kuliah dai Johann
Gottlieb Fiechte, seorang filsuf post Kant terkemuka dan dari seorang
teolog Friedrich Schleimachher.
Pada tahun 1833 dia
hidup sebagai bujang kaya berkat warisan orangtuanya. Dia hidup dengan
ketakutan kerena dia merasa terancam, maka dia sering tidur dengan pistol di
sampingnya. Dia menulis buku pertamanya, On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason. Ia banyak
menerbitkan tulisan, namun tidak laku dijual dan ia sendiri yang membeli
bukunya.
Schopenhauer hidup
sendiri. rencana pernikahannya selalu berantakan Dia menganggap hidup
dengan banyak orang memuakkan dan membuang waktu baginya.
Pada tahun 1814,
Schopenhauer menulis buku The World as Will and Representation (Die Welt als Wille und Vorstellung), Dunia sebagai Kehendak dan Gagasan. Dia
menyelesaikannya pada tahun 1818 dan menerbitkannya setahun kemudian, namun
tidak laku. Pada tahun 1820 Schopenhauer menjadi dosen di Universitas Berlin. Dia dijadwalkan untuk memberikan kuliah yang sama dengan
Hegel yang disebutnya sebagai clumsy charlata.
Dalam perkembangan
filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan
Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan
manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga
benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui
tentang pohon bukanlah pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang
pohon. Schopenhauer
mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa
benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak".
Selama hidupnya Arthur Schopenhauer bisa dikatakan
cukup beruntung, ia banyak dikelilingi filsuf hebat, namun Schopenhauer
mengatakan bahwa perempuan merupakan sumber kejahatan dikarenakan ajarannya
yang bersifat pesimis dan ia sendiri akhirnya tidak jadi menikah dan hidup
sendiri sampai akhir hayatnya sehingga ada kemungkinan ia menganggap perempuan
dengan cara yang negatif.
Ajaran Filsafat Arthur Schopenhauer
Arthur Schopenhauer merupakan salah satu filsuf yang memberikan
ide tentang filsafat seni/estetika yang berpengaruh pada abad ke-18. Dalam
perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant
dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan
Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Schopenhauer mengembangkan
pemikiran Immanuel Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda pada dirinya
sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak". Filsafat Schopenhauer
hadir sebagai suatu reaksi terhadap filsafat Hegel. Dalam Hegel masih ditemui
suatu optimisme rasional; segala ‘Ada’ akhirnya bersifat rasional, bermakna dan
dapat dimengerti. Schopenhauer berbeda dalam hal rasionalitas dan kebermaknaan
Ada tersebut; dasar ada tidak lagi rasional, melainkan irasional, dan tidak
berbentuk kesadaran melainkan ketidaksadaran. Karya utama Schopenhauer, yang
membuatnya terkenal, “Die Welt als Wille und Vorstellung” (Dunia sebagai
Kehendak dan Presentasi) bermula dengan penilaian tentang hakekat dan
batas-batas pemahaman, tetapi tidak dengan pernyataan-pernyataan dogmatis
tentang prinsip-prinsip metafisika.
Ia mempengaruhi beberapa filsuf dengan
pemikirannya. Bahkan, Hittler mengaguminya. Menurut Schopenhauer, dunia ini
adalah representasi ide atau pemikiran kita. Realitas adalah kehendak itu
sendiri. Akan tetapi, kehendak itulah sumber penderitaan manusia. Untuk
melepaskan diri dari penderitaan, menurut Schopenhauer, kita harus
menghilangkan kehendak egoistik, menyerah kepada kosmik, dan menolong sebanyak
mungkin orang. Schopenhauer mempunyai sebuah undang-undang yang kuat. Pemikiran
Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan paham filsuf Imanuel
Kant. Kekagumannya kepada keduanya itu amat besar. Hal ini terlihat dari ruang
kerjanya dipasang dengan kedua patung tokoh tersebut. Pemikiran Arthur
Schopenhauer berikut ini, antara lain:
1) Dunia Sebagai
Ide/Gambaran
Schopenhauer melihat dirinya sebagai bocah yang merevolusi
Kant’s Copernican, sendirian membawa proyek masternya ke kesimpulan logika.
Kant mempunyai argumen bahwa ada sebuah epistemic distingsi di antara dunia
yang telah kita alami, dunia yang kelihatannya, dan dunia yang sebenarnya. Kita
semua ide atau representasi. “Dunia adalah representasi saya,” tulis
Schopenhauer. Schopenhauer membuka buku The World as Will and
Representation-nya dengan kalimat, “The World is my idea”. Menurut Schopenhauer,
benda yang dapat kita kenal adalah gambaran representasinya.
2) Kehendak Hidup
Menurut Schopenhauer, ada dua aspek: di luar, yakni
representasi, dan di dalam, yakni kehendak. Dunia adalah gambaran/kehendak.
Kehendak adalah esensi dari kehidupan ini, kita hanya dapat mengenal dunia
sesuai penampilannya kepada kita. Untuk dapat mengenal dunia, kita tidak
mempunyai jalan masuk ke sana. Hanya ada satu pintu dan pintu itu adalah
kehendak. Menurut Schopenhauer, kehendak itu bisa dimanifestasikan sebagai
tubuh kita. Jadi, kita melihat representasi dunia dengan tubuh kita. Sebelum
kita melangkah kepada pembahasan yang lebih jauh, terlebih dahulu kita melihat
apa yang melatar belakangi pemikiran tersebut.
Di belakang pemikiran Schopenhauer, dapat kita temukan pemikiran
Plato dan Immanuel Kant. Pengaruh Plato tampak pada pandangannya (thing
in it- self) , dan Schopenhauer memahaminya sebagai sumber ide.
Sedangkan, pengaruh Immanuel Kant dapat dilihat dalam pandangannya dalam dua
dunia, yakni dunia noumenal dan fenomenal. Dari
pandangan mengenai pemahaman dunia itu, ada baiknya membahas dunia sebagai ide
dan dunia sebagai kehendak.
a The world is my idea merupakan
kata pembuka dari karya besar Schopenhauer. The world as will and the
world is idea. Maksud dari kalimat tersebut dapat dimengerti sangat
“berbau” kantian. Dalam kalimat tersebut, Schopenhauer menegaskan
bahwa dunia eksternal yaitu dunia fenomenal, Hanya dapat diketahui melalui
sensasi-sensasi atau ide-ide yang dapat kita terima. Disini dapat kita lihat
bahwa peran subjek sangat dominan dalam pandangan Schopenhauer mengenai
pengetahuan. Hal tersebut tentu dapat dipahami sebagai sebuah penolakan
terhadap matrealisme. Dalam matrealisme kenyataan direduksi
menjadi materi saja. Dengan menyatakan demikian, Schopenhauer menyangkal
matrealisme. Bagaimana orang dapat menjelaskan bahwa pikiran merupakan hasil
dari materi, jika kita mengetahui materi dari pikiran. Jika kita mengetahui
materi dari pikiran?, Materi tidak pernah berdiri sendiri. Subjek memiliki
otoritas atas materi. Tidak akan ada objek tanpa subjek, segala pengetahuan
yang terdapat didunia ini merupakan konstruksi subjek. Melalui mata subjek
melihat, melalui tangan ia meraba, dan melalui pengertiannya ia mengetahui.
Dunia ide tak lebih hanyalah sensasi-sensasi belaka. Mereka tidak akan
pernah berdiri sendiri tanpa adanya subjek yang mempersepsi. Dalam hal ini.
bagi Schopenhauer dalam menyelidiki sesuatu yang benarnya, yang ditemukan
hanyalah: kesan-kesan dan nama-nama. Jadi, dalam dunia fenomenal kenyataan
merupakan objek dalam relasinya dengan subjek. Sebuah persepsi dari subjek yang
mempersepsi, dengan kata lain dapat menyebutnya dengan Semu.
3) Keselamatan
dari Penderitaan Eksistensi
Bagi Schopenhauer, realitas adalah kehendak itu sendiri
spiritual, bukan material - tetapi kehendak adalah penderitaan. Manusia
terus-menerus berkehendak, terus berpindah dari kehendak satu ke kehendak yang
lain. Menurut Schopenhauer, jalan keselamatan adalah Hindu. Penolakan terhadap
nafsu, menghilangkan kehendak, membebaskan manusia dari ilusi dan penderitaan.
Solusi dari permasalahan penderitaan ini adalah menghilangkan egoistis kehendak
dan menyerah kepada kosmik. Estetika yang dikemukakan oleh Schopenhauer
merupakan jalan keluar dari penderitaan, walaupun sifatnya hanya sementara.
Penderitaan dalam hidup bisa disembuhkan oleh seni. Manusia yang hidup dalam
keadaan patologis, dapat diangkat oleh keindahan seni. Schopenhauer menyebut
seni-seni yang dapat mengatasi problem ini, seperti arsitektur, seni lukis,
seni pahat atau patung, puisi dan musik. Dan, ia sangat meninggikan seni musik
dalam filsafat Kehendaknya. Musik menjadi puncak dari segala bentuk seni yang
lain.
4) Moralitas
Menurut Schopenhauer, pada dasarnya manusia itu egois. Egoisme
itulah yang melahirkan penderitaan. Untuk menghilangkan penderitaan itulah
manusia harus melepaskan egoismenya, melepaskan diri dari kehendak, dan jalan
moralitas adalah salah satu jalan pelepasan kehendak. Manusia harus melepaskan
egoismenya dan menolong orang sebanyak yang dia mampu. Tampaknya Schopenhauer
sangat terpengaruh oleh agama Hindu.
5) Schopenhauer,
Seks, dan Psikoanalisis
Bagi Schopenhauer, seks adalah “penegasan terhadap kehendak yang
paling kuat. Itu kehendak hidupnya yang final dan tujuannya yang paling
tinggi”. Oleh karena itu Schopenhauer memandang kelamin sebagai “fokus yang
riil dalam kehendak”.
Dalam buku karya Kumara Ari Yuana: 100 tokoh filsuf
Barat abad 6 sampai abad ke-21, Schopenhauer dianggap berjasa
karena mempopulerkan pikiran Immanuel Kant dengan kombinasi unsur
Filsafat Timur. Sifat uniknya adalah ia selalu melihat orang lain dengan curiga
dan sinis serta kesan umum atas hidup adalah Pesimistik yang tak tergantikan.
Hal tersebut tidak menjadikan Ia kehilangan rasa nikmat di dalam banyak hal,
antara lain: musik, makanan, anggur, perjalanan, dan tamasya. Ketika merasa
bosan, ia akan terlihat gembira dan hidup. Gaya tulisannya mempengaruhi
pemikiran Friedrich Nietzsche dan Max Schler serta aliran “filsafat hidup”.
6) Keputusan dan
Hukuman
Schopenhauer menjelaskan seseorang yang hendak mengambil
keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan
diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang
diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas
lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat
dalam sebuah keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan
kebutuhan dan tanggung jawabnya.
Pemikiran khas Schopenhauer dalam estetika: Musik sebagai seni
tertinggi
Musik sebagai Seni Tertinggi Menurut Schopenhauer, musik itu
berdiri sendiri, berbeda dari seni-seni yang lainnya. Seni-seni yang lain
mengulangi atau menyalin ide tentang eksistensi. Schopenhauer menyatakan bahwa
seni-seni yang lain merupakan ungkapan dari Kehendak, sedangkan musik adalah
Kehendak itu sendiri. Musik memiliki pengaruh yang sangat kuat pada inti kodrat
manusia. Oleh karena itu, musik dimengerti dalam kesadaran sebagai ‘bahasa
universal’.
Daftar pustaka:
Komentar
Posting Komentar